Friday, July 1, 2011

Sahabat

Sahabat –Sahabat Imam al-Mahdi afj.
At Thabari meriwayatkan dari Abil Husein Muhammad bin Harun dari Abi Harun bin Musa bin Ahmad dari Abi Ali Hasan bin Ahmad/Muhammad al Nahrawandi dari Abi Jaafar Muhammad bin Ibrahim bin Abdillah al Qummi al Qattan yang dikenali sebagai Ibn al Kazzaz dari Muhammad bin Ziyad dari Abi Abdillah al Khurasani dari Abil Husein Abdillah bin Hasan al Zuhari dari Abi Hasan Said bin Jinnah dari Mas’ud/Mas’adah bin Shadaqah dari Abu Basyir yang berkata:
“Aku bertanya Imam Jaafar as-Shadiq a.s, “Semoga aku menjadi tebusanmu. Adakah Amirul Mukminin Ali a.s tahu tentang sahabat-sahabat al Qaim serta bilangan mereka?”. Imam a.s menjawab, “Bapaku memberitahuku: “Aku bersumpah demi Allah bahawa Amirul Mukminin Ali a.s mengetahui setiap seorang dari mereka. Beliau as juga mengetahui nama mereka, nama ayah mereka, nama isteri mereka dan nama suku mereka. Beliau as tahu di mana mereka tinggal dan kedudukan mereka.”
Imam Shadiq as melanjutkan, “al-Hasan a.s mengetahui semua yang Amirul Mukminin Ali aas tahu dan pengetahuan al-Hasan a.s ada pada al-Husein as. Ali bin Husein a.s tahu semua yang Husein a.s tahu, dan sesudah itu, semua yang diketahui oleh Ali bin Husein a.s diamanahkan kepada Muhammad bin Ali a.s, dan semua yang Muhammad bin Ali a.s tahu, maka Imam mu (merujuk kepada dirinya) tahu”.
Aku (Abu Basyir) bertanya, “Apakah ini (informasi tentang sahabat al Qaim) tertulis di mana-mana?”
Imam Shadiq a.s menjawab, “Ia tertulis dan disimpan di dalam hati dan tidak akan terlupakan”
Aku berkata, “Semoga aku menjadi tebusanmu. Beritahulah aku akan bilangan mereka, negara mereka dan daerah mereka”.
Imam Shadiq a.s menjawab, “Datanglah pada hari Jumaat sesudah shalat”. Maka aku pun datang pada hari Jumaat.
Imam Shadiq a.s bertanya, “Wahai Abu Basyir! Adakah kamu datang berkenaan persoalan yang kamu tanyakan itu?”
“Semoga aku menjadi tebusanmu, ya” jawabku.
“Kamu tidak akan mampu menghafal ini. Di mana sahabatmu yang menuliskan untukmu?” tanya Imam Shadiq a.s
“Dia sibuk dan aku tidak mahu terlewat untuk ini, maka aku tidak menunggunya” jawabku.
Imam a.s memerintahkan salah seorang yang berada di situ untuk mencatatkan yang berikut :
“Ini adalah apa yang didikte oleh Rasul saaw kepada Amirul Mukminin Ali as untuk ditulis mengenai sahabat-sahabat Al-Mahdi ajf, bilangan mereka yang hilang dari tempat tidur mereka, mereka yang akan menyertainya, dan mereka yang akan bergerak di siang dan malam hari menuju Makkah selepas mendengar seruan pada tahun di man urusan Allah akan menjadi jelas dan nyata. Mereka (sahabat al Mahdi) adalah orang yang mulia dan mereka akan menjadi penguasa dan hakim ke atas manusia (pada saat kezuhuran).
Seorang dari timur T’aazband, beliau adalah askar yang mengembara,dua dari Samaghaan, seorang dari Farghaana, dua dari Tarmod, empat orang dari Daylam, dua orang dari Marwud, duabelas orang dari Merw, sembilan orang dari Beirut, lima orang dari Tous, dua orang dari Qariyat, tiga orang dari Sijistan, duapuluh empat orang dari Taleeqan, lapan orang dari Jabal al Ghar, lapanbelas orang dari Nisyabur, duabelas orang dari Harat, empat orang dari Yousenj, tujuh orang dari Rayy, tujuh/sembilan orang dari Tabaristan, lapanbelas orang dari Qum, dua orang dari Jerusalem, duabelas orang dari Jurjan, tiga orang dari Raqqah, dua orang dari Rafeqa, tiga orang dari Allepo, lima orang dari Salamyah, dua orang dari Damascus, seorang dari Palestin, seorang dari Baalbek, seorang dari Aswan, empat orang dari Fust’aat, dua orang dari Qayrawan, tiga orang dari desa Kirman, dua orang dari Qazwin, empat orang dari Hamadan, seorang dari Muqan, seorang dari Badw, seorang dari Khilaat, tiga orang dari Hayreewan, seorang dari Naswa, empat orang dari Sinjar, seorang dari Qali Qola, seorang dari Sumaysaat, seorang dari Nasybayn, seorang dari Mosul, dua orang dari Bareq, seorang dari Roha’, seorang/dua orang dari Harran, seorang dari Baagha, seorang dari Qabes, dua orang dari Sanaa’, seorang dari Qebah, dua orang dari Tripoli, dua orang dari Qolzom, seorang dari Abhtah, seorang dari Wadil Qura’, seorang dari Khaibar, seorang dari Bada, seorang dari Jaar, empatbelas orang dari Kufah, dua orng dari Madinah, seorang dari Terbedha, seorang dari Hayoun, seorang dari Khutaar, seorang dari T’ahna, seorang dari Bayram, dua orang dari Ahwaz, dua orang dari Persipolis, seorang/dua orang dari Mowaillan, seorang dari Duballah, seorang dari Saida’eel, lapan orang dari Madain, seorang dari Okhbara, dua orang dari Hulwan, tiga orang dari Basra, tujuh orang Ashabul Kahfi, dua orang pedagang berserta hamba mereka yang akan meninggalkan ‘Ana menuju Ant’akla, sebelas dari kalangan orang Islam yang berhijrah ke Barat, dua orang dari Sarandib, empat orang dari Samand, lelaki yang akan hilang dari tempat tidurnya dari Salaahit, seorang dari Shiraz atau Shiraf, dua orang dari She’b, dan mereka adalah yang melarikan diri ke Serdaniya, seorang dari Yakhshoub yang mencari Haq dan akan berada di Seqelliyah, seorang lelaki yang akan meninggalkan kaumnya, dan seorang lelaki yang akan bertelingkah dengan NASIBI menggunakan al Quran dari Sarakhs.
Inilah jumlah mereka yang bilangannya adalah sama dengan jumlah bilangan Ahli Badr (baca: 313 orang). Allah akan mempersatukan mereka dalam satu malam, iaitu pada malam Jumaat di Makkah. Keesokan harinya, mereka semua akan bertemu di Masjidil Haram.
Kemudian mereka akan bertebaran di lorong-lorong Makkah, mencari rumah untuk mereka diami, namun penduduk kota Makkah tidak menyukai mereka dan berasa tidak selesa dengan mereka, karena mereka akan tahu bahawa orang-orang ini tidak datang untuk mengerjakan Haji, Umrah ataupun berniaga.
Maka, penduduk kota Makkah akan saling berbicara, “Orang-orang ini adalah orang asing, kita tidak pernah melihat mereka sebelumnya. Mereka bukanlah dari sesebuah negeri, atau memiliki tunggangan (kenderaan)”.
Ketika penduduk kota Makkah saling berkumpul dan saling berbicara, seorng lelaki dari Bani Makhzum akan muncul dan berkata kepada wali kota Makkah, “Tadi malam aku bermimpi sesuatu yang menakutkan aku dan menjadi punca kekhuatiranku”. Lalu wali kota itu menyuruh lelaki itu bercerita akan mimpinya itu.
Lalu lelaki itu bercerita, “Aku melihat bebola api jatuh dari langit ke atas Kaabah. Ia dipenuhi oleh belalang yang memiliki sayap berwarna hijau. Belalang-belalang itu mula mengelilingi Kaabah seketika. Sesudah itu, ia akan bergerak menuju ke timur dan barat, dan di dalam perjalanannya itu, mereka membakar setiap kota yang dilalui dan menghancurkan setiap istana yang ada…dan aku pun terjaga penuh ketakutan”.
Penduduk Makkah akan berkata kepadanya, “Engkau telah pun melihat orang asing ini, sekarang, marilah kita pergi bertemu dengan Aqra’ dari Bani Tsaqif, agar dia bisa menkwilkan mimpimu itu”. Lalu mereka bertemu dengan Aqra’ dan menceritakan akan mimpi pemuda itu.
Aqra’ akan berkata kepada mereka, “Mimpimu ini bermaksud tentera Allah telah datang ke kotamu dan tidak ada jalan bagimu untuk mengalahkan mereka”.
Lalu, orang yang datang menceritakan padanya akan orang asing yang telah memasuki kota Makkah. Mereka lalu meninggalkan Aqra’ dengan niat untuk menangkap dan menyerang orang-orang asing itu, namun Allah telah mengisikan hati-hati mereka dengan ketakutan (terhadap orang asing itu)
Sesetengah dari penduduk kota Makkah akan berkata pada yang lainnya, “Janganlah kita tergesa-gesa untuk menyerang mereka ini. Mereka masih belum melakukan apa-apa. Berhati-hatilah, mereka mungkin datang dari suku terkuat kita. Marilah kita lihat apakah perbuatan jahat mereka dahulu, lalu memerangi mereka. Sepertinya mereka ke mari untuk melakukan ibadah Haji dan Umrah, dan wajah mereka adalah wajah-wjah orang yang baik. Mereka berada di tanah Haram Allah, dan kita tidak bisa menyakiti mereka sehinggalah mereka melakukan kejahatan”.
Namun lelaki dari Bani Makhzum, yang merupakan ketua mereka berkata, ‘Kita tidak berasa aman dari mereka. Mereka mungkin sedang menunggu bantuan tiba, dan apabila mereka bersatu, mereka akan mempamerkan kejahatan mereka. Oleh itu, bangkitlah menentang mereka ketika mereka kecil dalam bilangan, dan ketika mereka masih asing di bumi ini. Ketahuilah, mereka tidak datang ke sini tanpa tujuan, dan segera, mereka akan menjadi bagian dari satu acara besar. Aku yakin bahawa penjelasan akan mimpi itu adalah benar. Maka bersiaplah untuk memerangi mereka ketika memerangi mereka itu masih boleh”.
Lalu seorang lelaki lain berdiri dan berkata, “Andai mereka yang lain itu, yang akan menyertai mereka, adalah seperti mereka juga, maka tidak ada apa yang perlu kita risaukan, karena mereka tidak bersenjata maupun berkenderaan, maupun benteng untuk mereka mendapatkan perlindungan, tambahan pula, mereka dikepung oleh kita. Oleh itu, kita harus menunggu hingga mereka mengambil tindakan terlebih dahulu, atau hingga pasukan bantuan mereka tiba untuk membantu mereka, maka, pada saat itu, kita akan memusnahkan mereka”.
Penduduk kota Makkah akan meneruskan perbincangan ini hingga tibanya waktu malam, ketika Allah menimpakan ke atas mereka rasa kantuk. Dan mereka tidak akan bertemu lagi, hingga terbitnya mentari.
Para sahabat al Qaim ajf akan melayani satu sama lain seperti saudara kandung dari ayah dan ibu yang sama dan mereka senantiasa bersama. Jika mereka meninggalkan satu sama lain pada malam hari, pasti mereka akan berkumpul kembali pada siang harinya. Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah:
“Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Seungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. [QS Baqarah :148]
Aku (Abu Bashir) bertanya, “Semoga aku menjadi tebusanmu. Apakah akan ada orang-orang yang beriman di muka bumi selain dari sahabat-sahabat al Qaim ajf?”
Imam Shadiq a.s menjawab, “Ya, namun sahabat-sahabat al Qaim ajf adalah mereka yang dengannya al Qaim akan bangkit. Mereka adalah yang terhormat, para hakim, pemerintah dan alim dalam agama. Al Qaim ajf akan menggerakkan tangannya ke perut mereka dan belakang mereka, dan dengan itu, mereka tidak akan melakukan kesilapan ketika mengambil keputusan“.
[al-Mahajjah Fi Ma Nazala Fil Qa'em al-Hujjah]