Tuesday, August 16, 2011

Imam Hasan Al-Mujtaba a.s

Imam kedua Ahlul Bait a.s ialah Saidina Hasan cucunda Rasulullah s.a.w putera Saidina Ali a.s dan Saidatina Fatimah Zahra a.s yang telah lahir pada tanggal 15 bulan Ramadhan tahun 3 Hijrah di Madinah Al-Munawwarah.Pada usia 7 tahun ninda beliau Nabi Muhammad s.a.w telah wafat dan setelah itu selama 30 tahun berada di zaman Imamahnya ayahnda beliau Ali bin Abi Talib a.s dan setelah syahidnya Imam Ali bin Abi Talib a.s pada tahun 40 Hijrah,selama 10 tahun Imam Hasan a.s memegang tampuk kepimpinan dan Imamah sehinggalah pada tahun 50 Hijrah dengan konspirasi Muawiyah bin Abi Sufyan beliau telah dibunuh dengan racun berbisa dan Syahid ketika berusia 48 tahun.

Imam Hasan a.s ialah seorang yang berani dan cekal hati di jalan Allah.Beliau di dalam perang Jamal berada di barisan hadapan di samping ayahndanya dan sebelum peperangan meletus beliau bersama-sama Ammar Yasir dan lain-lain sahabat telah masuk ke kota Kufah untuk mengajak mereka turut serta di dalam angkatan Amirul Mukminin Ali a.s.

Imam Hasan a.s juga berperanan menggembeling tenaga angkatan Ali bin Abi Talib a.s bagi menghadapi balatentera Muawiyah bin Abi Sufyan dan bertempur dengan begitu sengit sehinggakan Imam Ali a.s terpaksa mengeluarkan arahan menghentikan beliau bersama-sama adinda beliau saidina Hussein a.s dari terus berperang supaya keturunan Rasulullah s.a.w tidak terputus dengan terkorbannya mereka berdua di dalam peperangan.

Imam Hasan a.s yang bergelar Al-Mujtaba ( Yang Terpilih )juga seorang yang bijak,berilmu,penyabar,pengampun,Abid,Zahid,Bersiyasah,pemurah,bertawadhuk,penyayang,beradab dan beristiqamah.

Rasulullah s.a.w telah bersabda : Hasan dan Husein adalah dua orang pemimpin ( Imam ) samada mereka bangun atau duduk.

Setelah syahidnya Imam Ali a.s pada tanggal 21 bulan Ramadhan 40 H setelah ditetak di masjid Kufah,Imam Hasan telah memegang tampuk pemerintahan umat Islam dengan wasiat Rasul s.a.w dari satu segi dan meneruskan pemerintahan Imam Ali a.s dari segi yang lainnya maka bermulalah konspirasi Muawiyah bin Abi Sufyan untuk menjatuhkan pemerintahan Imam Hasan a.s…

Pada suatu hari seorang lelaki telah datang menemui Imam Hasan a.s untuk sesuatu hajat lalu ditanya orang tersebut kenapa tidak mengajukan hajat tersebut kepada Saidina Husein ? Lelaki tersebut menjawab yang Saidina Husein sedang beriktikaf di dalam masjid.Imam Hasan a.s menjawab sekiranya keperluan tersebut dibantu ianya lebih baik dari iktikaf di dalam masjid selama sebulan.

KisahNenekPemungutDaun

Oleh JALALUDDIN RAKHMAT

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Dhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu: “Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah (shalawat Nabi). Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”

Kisah hikmah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah SAW?

SUMBER: Jalaluddin Rakhmat, Rindu Rosul [penerbit rosda-bandung]